Mi Instan Jadi Biang Kerok Angka Stunting di Maluku Papua Tinggi
Jakarta - Angka stunting di Indonesia bagian timur menjadi perhatian utama pemerintah. Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengungkap beberapa daerah yang angka stuntingnya tinggi di antaranya Maluku dan Papua.
Menurutnya, hal ini disebabkan karena masyarakat di sana tidak mengutamakan konsumsi yang tinggi gizi, seperti ikan. Masyarakat Papua dan Maluku malah menjual ikannya dan digunakan untuk membeli mi instan.
Hal ini diungkapkan Tito saat sesi dialog dengan kepala daerah di seluruh Indonesia secara daring di acara Peluncuran Gerakan Pangan Murah Serentak Nasional. Sesi dialog juga dilakukan bersama Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi dan perwakilan Kementerian Pertania.
"Makanan ikan banyak sekali di Maluku, Papua, tetapi stuntingnya tinggi, kenapa? Karena bosen makan ikan, ikannya dijual kemudian dibelikan mi instan. Bayinya dibelikan mi instan, ya itu kalorinya tidak ada lagi, gizinya nggak ada," katanya dalam acara Peluncuran Gerakan Pangan Murah Serentak Nasional di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Senin (26/6/2023).
Tito menyampaikan untuk menurunkan angka stunting di Indonesia, terutama di wilayah timur, pemerintah terus mensosialisasikan gemar makan ikan. Ia meminta agar para orang tua bisa lebih kreatif demi membuat anak-anaknya gemar makan ikan.
"Itu dibuat sedemikian rupa, supaya anak anak suka, mungkin dagingnya dibentuk sedemikian rupa seperti permen mungkin. Jadi, anak anak suka makan ikannya gak bosen cara-caranya itu saja," jelasnya.
Mantan Kapolri itu mengatakan pemerintah juga tengah mensosialisasikan agar masyarakat Indonesia Timur kembali mengutamakan makanan pokok lokal, seperti sagu, singkong, ubi, hingga jagung. Karena komoditas itu dinilai tinggi gizi dan tidak tergantung dengan impor seperti beras.
"Jadi kembali ke makanan pokok itu, sehingga bisa mengurangi ketergantungan demand permintaan beras yang notebennya impor," terangnya.
Untuk menekan angka stunting, pemerintah melalui BUMN menyalurkan bantuan pangan selama 3 bulan ke mulai April, Mei, dan Juni 2023, dengan sasaran penerima sebanyak 1,4 juta (Setiap Periode) Keluarga Risiko Stunting (KRS) berdasarkan data BKKBN. Adapun pangan yang masuk dalam bantuan tersebut, telur ayam dan daging ayam.
SDIT Abu Bakar Ash-Shiddiq memiliki tujuan yaitu mendidik anak untuk semakin mengenal pembelajaran Islam yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah serta memperkenalkan dunia pendidikan saat ini yang semakin kaya akan ilmu pengetahuan, sains, dan tekhnologi.
Leave a comments